Monday, January 14, 2013

Prestasi Saung Angklung Udjo



Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia untuk dikenal di mancanegara. Salah satunya dengan memperkenalkan musik tradisional asli Indonesia. Saung Angklung Udjo telah berhasil melestarikan Angklung sebagai salah satu musik khas Indonesia.
Selain di Indonesia, alunan merdu suara angklung ini telah menggema hingga ke Washington DC, Amerika Serikat yaitu dalam acara Festival Indonesia.
Prestasi lainnya datang dari banyaknya pendatang dari mancanegara (Singapore, Holland, Germany, Canada, dll) yang meluangkan waktunya untuk singgah di Saung Angklung Udjo untuk melihat pertunjukan seni angklung. 

Bamboo Musical Performance of Saung Angklung Udjo


Berikut adalah berbagai pertunjukan seni yang dapat disaksikan di Saung Angklung Udjo setiap hari pada pukul 15.30-17.30.

  1. Demonstrasi Wayang Golek
Wayang Golek membutuhkan waktu tujuh jam setiap penampilannya. Maka di Saung Udjo hanya menampilkan sedikit dari keseluruhan penampilan. Wayang Golek menampilakan boneka kayu seperti orang dengan berbagai kostum. Wayang Golek sebagai representasi karakter orang di dunia.

  1. Helaran
Merupakan festival yang dilakukan saat musim panen. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas segala anugerah-Nya.

  1. Tari Topeng
Para penari yang rata-rata anak perempuan menari dengan menggunakan topeng. Tarian ini mengisahkan tenteng dongeng Topeng Kandaga. Topeng itu merepresentasikan karakter orang yang temperamental.

  1. Calung
Calung adalah instrumen bambu yang mempunyai tangga nada salendro, biasanya dimainkan antara 4/5 orang. Calung dimainkan ketika orang-orang sedang tertawa dan menari.

  1. Arumba
Arumba adalah perpaduan antara musik tradisional dan musik modern. Arumba pun mampu menghasilkan nada yang harmoni dan dinamis.

  1. Orkestra Angklung
Orkestra angklung merupakan perpaduan antara musik angklung dan musik orkestra. Dengan berbagai nada, mereka bisa membuat perbaduan musik yang indah.

  1. Menari bersama
Ini merupakan acara penutup dimana para pengunjung diajak menari dan menyanyi bersama lagu tradisional Jawa Barat. 

Ini dia video yang bisa memberikan gambaran bagaimana serunya mengenal tradisi Jawa Barat :)






Thursday, January 10, 2013

Akulturasi angklung


Menurut Samovar, Akulturasi merupakan proses dari perubahan budaya dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara dua atau lebih kelompok budaya dan anggotanya… Dalam tahap individual, hal ini melibatkan perubahan dalam perilaku seseorang.
Angklung adalah musik tradisional, sedangkan di zaman sekarang ini, sudah berkembang musik pop yang menggunakan alat musik modern lainnya (gitar, drum, piano, dll). Maka Kang Daeng melakukan akulturasi antara musik modern dengan musik tradisional. Ia pun membuat ‘Arumba’, merupakan sebuah band yang menggabungkan alat musik gitar, bass, piano dan angklung gantung. Arumba pun terus melakukan inovasi dengan mengarasemen ulang lagu-lagu pop dan berkolaborasi dengan salah satu band ‘besar’ di Indonesia, yaitu NOAH. 


Arumba

Inovasi Angklung


Dalam bermain angklung biasa, dibutuhkan sebanyak 20 hingga 30 orang. Kemudian, Kang Daeng berpikir hal ini tidak efektif jika ingin membuat pertunjukan di tempat yang jauh. Maka, Kang Daeng membuat sebuah inovasi sebuah angklung yang memiliki 3 tabung. Hal ini bertujuan agar satu orang seakan-akan memainakan 2 angklung. Selain itu, Kang Daeng menggantungkan angklung tersebut di gantungan yang di design secara khusus. Sehingga 1 orang saja dapat memainkan banyak angklung. Uniknya, 1 rangkaian anglung tersebut tidak dapat dimaninkan seorang diri, karena 1 gantungan memiliki nada yang tidak beraturan. Sehingga harus dimainkan secara berkelompok antara 7 hingga 10 orang.


Angklung Gantung ala Kang Daeng

Inovasi angklung yang diciptakan oleh Kang Daeng, memiliki arti pesan yang unik, dan mempunyai makna yang mendalam.  Angklung tidak dapat dimainkan seorang diri, butuh orang lain untuk bermain bersama sehingga dapat menjadi komposisi musik yang menarik dan tidak fals. Pesan ini juga dapat memberi makna bagi kehidupan sehari-hari kita. Apakah itu?
Dalam kehidupan, seseorang itu tidak dapat hidup sendiri, melainkan kita membutuhkan  orang lain untuk memberi warna dalam kehidupan kita.” J 
Karena dalam teori Samovar, salah satu elemen budaya adalah nilai. Kata kunci dalam setiap pembahasan tentang nilai suatu budaya adalah petunjuk. Dengan kata lain, nilai-nilai berguna untuk menentukan bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku.

      Selain itu, Angklung juga menurut Kang Daeng salah satu bentuk komunikasi antar budaya. Dimana Angklung dapat dimainkan oleh budaya manapun. Angklung juga menjadi jembatan berbagai budaya untuk saling berinteraksi. Tidak hanya tentang budaya, angklung kini menjadi alat musik yang mempersatukan banyak agama. Angklung adalah alat musik yang membawa nilai universal. 




Saung Angklung Udjo


Pada awalnya Kang Daeng membuat sebuah sanggar yang berlokasi di jalan Padasuka, Bandung untuk memperkenalkan angklung kepada warga sekitar daerah tersebut. Sanggar tersebut diberi nama “Saung Angklung Udjo” . Pada saat itu sanggar tersebut masih sebatas tempat berkumpul untuk bermain angklung.
 Saat ini, sanggar tersebut sudah mempunyai ‘nama’ dan mampu menyuguhkan penampilan budaya selain angklung, yaitu kesenian lainnya yang berasal dari Jawa Barat.  Pertunjukan seni di Saung Angklung Udjo berlangsung setiap hari pada pukul setengah empat hingga setengah enam. Sampai sekarang pun orang-orang sekitar Saung Angklung Udjo menjadi bagian dan turut serta dalam pertunjukan tersebut, terutama anak-anak. Salah satu contohnya Nadia yang sudah tiga tahun ikut serta dalam salah satu pertunjukan yang bernama Calung.




Nadia, salah satu anak yang ikut dalam pertunjukan di Saung Angklung Udjo


Anak-anak yang tinggal di sekitar Saung Angklung Udjo dan mereka juga ikut berpartisipasi dalam setiap pertunjukan

Bahan Baku Angklung


Bahan dasar angklung ialah bambu yang merupakan salah satu sumber daya alam yang kerap digunakan untuk berbagai kebudayaan. Salah satunya yaitu bambu gila yang berasal dari Sulawesi Selatan. Bambu dipercaya mempunyai kekuatan medis jika dimainkan secara serius.
Angklung awalnya dipercaya sebagai alat musik tradisional yang dibunyikan untuk memanggil Dewi Sri (dewi panen).


Mengapa bambu? 

Karena bambu adalah tanaman yang jika dibunyikan dapat mengalunkan alunan yang indah.

Proses pembuatan angklung itu sendiri melalui beberapa tahap, antara lain;
Pertama, mereka terlebih dahulu mendengarkan kembali alunan suara angklung yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian diperiksa satu demi satu, dan distem ditelinga harus jeli dan sensitif.
Karena Angklung menggunakan teknik resonanasi sehingga dalam pembuatan lubang dan sebagainya tidak dapat dikerjakan secara sembarangan.





Salah satu aktivitas pengrajin Angklung di Saung Angklung Udjo

Friday, January 4, 2013

Sejarah Angklung


Angklung pertama kali dibawa oleh orang dari baduy luar. Saat itu alat musik angklung digunakan untuk mengamen, pada awalnya angklung memunyai nada dasar daminatilada (bukan nada dasar internasional), kemudian dilanjutkan oleh Kang Daeng untuk membentuk tangga nada internasional (do e mi fa sol la si do). Pada saat masih memunyai nada dasar tradisional, Angklung digunakan sebagai penyambutan masyarakat tradisional untuk menyambut musim panen. Angklung yang berbahan dasar dari alam menjadi tanda ucapan syukur orang Baduy saat musim panen tiba.



Kang Daeng pada awalnya berusaha memasukkan Angklung ke dalam seni musik di Sekolah, namun ditolak. Pada masa itu, yang bisa bersekolah adalah anak orang kaya dan anak keturunan ningrat. Angklung yang terkenal sebagai alat musik jalanan dianggap tidak pantas dimainkan oleh anak-anak orang kaya tersebut.. Hingga butuh waktu beberapa lama sampai akhirnya pada tahun 1970 angklung dapat diterima dan masuk dalam sk mentri. Namun masih ditemui beberapa kendala yakni tidak adanya guru angklung, yang ada hanya pelatih-pelatih saja.